Profil Desa Larangan

Ketahui informasi secara rinci Desa Larangan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Larangan

Tentang Kami

Profil Desa Larangan, Tambakromo, Pati. Mengupas tuntas potret kehidupan di Pegunungan Kendeng, dari dominasi pertanian jagung dan peternakan sapi, hingga tantangan nyata infrastruktur, sumber daya air, dan kearifan lokal masyarakatnya.

  • Benteng Agraris Pegunungan Kendeng

    Perekonomian Desa Larangan bertumpu pada sektor pertanian lahan kering, khususnya budidaya jagung dan peternakan sapi potong yang menjadi tulang punggung utama kehidupan masyarakat.

  • Tantangan Infrastruktur dan Sumber Daya Air

    Berada di kawasan karst Pegunungan Kendeng, desa ini menghadapi tantangan serius terkait aksesibilitas jalan di daerah perbukitan dan ketersediaan air bersih, terutama saat musim kemarau.

  • Ketangguhan Sosial dan Kearifan Lokal

    Masyarakat Desa Larangan memiliki modal sosial yang kuat berupa semangat gotong royong dan tradisi lokal yang lestari, menjadi fondasi ketangguhan dalam menghadapi tantangan alam.

XM Broker

Di jajaran perbukitan kapur (karst) yang membentang di selatan Kabupaten Pati, terdapat sebuah desa yang kehidupannya menyatu dengan ritme alam Pegunungan Kendeng. Inilah Desa Larangan, sebuah wilayah administratif di Kecamatan Tambakromo yang menjadi representasi ketangguhan masyarakat agraris di lahan kering. Dengan jagung sebagai komoditas utama dan ternak sapi sebagai tabungan hidup, warga Desa Larangan menunjukkan semangat juang dan kearifan dalam mengelola sumber daya alam yang unik, sambil terus berhadapan dengan tantangan nyata terkait infrastruktur dan ketersediaan air.

Geografi di Jantung Pegunungan Kendeng

Secara geografis, Desa Larangan terletak di kawasan Pegunungan Kendeng Utara, yang dikenal dengan topografi bergelombang, perbukitan terjal dan lembah-lembah sempit. Struktur tanahnya didominasi oleh batuan kapur yang porous, menyebabkan air hujan cenderung meresap ke dalam tanah dengan cepat dan menyisakan tantangan ketersediaan air permukaan. Kondisi alam ini secara langsung mendefinisikan corak kehidupan, pola pertanian, dan model permukiman penduduknya.Berdasarkan data pemerintah, luas wilayah Desa Larangan yaitu sekitar 11,26 kilometer persegi atau 1.126 hektare. Wilayah yang sangat luas ini sebagian besar merupakan lahan non-sawah, yang dimanfaatkan sebagai tegalan untuk menanam jagung dan palawija, serta hutan rakyat yang ditanami pohon jati dan mahoni. Area permukiman penduduk cenderung mengelompok di lokasi-lokasi yang lebih landai dan dekat dengan sumber mata air.Secara administratif, Desa Larangan berbatasan dengan desa-desa lain di dalam dan di luar Kecamatan Tambakromo.

  • Di sebelah Utara, desa ini berbatasan dengan Desa Karangawen dan Desa Mangunlegi.

  • Di sebelah Timur, berbatasan langsung dengan Desa Angkatan Kidul.

  • Di sebelah Selatan, wilayahnya bersebelahan dengan Desa Sumberagung.

  • Di sebelah Barat, berbatasan dengan wilayah hutan negara yang dikelola oleh Perhutani.

Batas-batas ini, terutama yang berupa hutan, menjadi zona penyangga ekologis sekaligus sumber daya tambahan bagi masyarakat.

Demografi dan Sosok Masyarakat Kendeng

Menurut data kependudukan terakhir, Desa Larangan dihuni oleh sekitar 5.380 jiwa. Dengan luas wilayah yang mencapai 11,26 km², maka tingkat kepadatan penduduknya tergolong rendah, yakni sekitar 478 jiwa per kilometer persegi. Angka ini mencerminkan pola permukiman yang tidak padat dan luasnya lahan pertanian serta hutan yang mendominasi lanskap desa.Penduduk Desa Larangan merupakan cerminan masyarakat Pegunungan Kendeng yang dikenal ulet, pekerja keras, dan memiliki ikatan sosial yang kuat. Mayoritas mutlak penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan peternakan. Profesi sebagai petani jagung dan peternak sapi bukan sekadar pekerjaan, melainkan jalan hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi. Anak-anak sejak kecil sudah terbiasa membantu orang tua mereka di ladang atau mengurus ternak, menanamkan etos kerja yang tinggi sejak dini.Struktur sosial masyarakatnya sangat komunal. Semangat gotong royong menjadi pilar utama dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari membuka lahan, membangun rumah, hingga saat mengadakan upacara adat atau hajatan. Solidaritas ini menjadi mekanisme pertahanan sosial dalam menghadapi kerasnya kondisi alam.

Perekonomian: Bertumpu pada Jagung dan Ternak

Perekonomian Desa Larangan tegak berdiri di atas dua pilar utama yang saling menopang: pertanian jagung dan peternakan sapi potong. Pola ini merupakan bentuk adaptasi yang paling rasional terhadap kondisi ekologis di Pegunungan Kendeng.Pertanian jagung menjadi pilihan utama karena tanaman ini lebih toleran terhadap kondisi lahan kering dibandingkan padi. Para petani menerapkan sistem pertanian tadah hujan, yang berarti seluruh siklus tanam sangat bergantung pada curah hujan. Mereka mulai mengolah lahan dan menanam benih pada awal musim penghujan. Selama masa pertumbuhan, tantangan utama yang dihadapi ialah serangan hama seperti ulat dan tikus, serta risiko kekeringan jika curah hujan tidak menentu. Saat panen tiba, seluruh desa akan hidup dalam denyut aktivitas yang sama, mulai dari memetik, mengupas, hingga menjemur jagung sebelum dijual ke pengepul."Jagung dan sapi adalah napas kami. Saat panen jagung berhasil dan harga sapi bagus, saat itulah desa kami benar-benar hidup," ujar salah seorang perangkat desa. "Pendapatan dari jagung untuk kebutuhan harian, sementara sapi itu tabungan kami untuk biaya sekolah anak, renovasi rumah, atau keperluan besar lainnya."Pilar kedua, peternakan sapi, merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pertanian. Hampir setiap rumah tangga di Desa Larangan memiliki beberapa ekor sapi yang dipelihara di kandang belakang rumah. Ternak ini tidak hanya berfungsi sebagai aset atau `tabungan`, tetapi juga memiliki fungsi ekologis. Kotoran sapi diolah menjadi pupuk kandang organik yang sangat vital untuk menyuburkan kembali lahan tegalan yang berbatu kapur. Pakan ternak pun didapat dari sekitar ladang, seperti daun jagung (tebon) setelah panen, yang menciptakan siklus ekonomi dan ekologi yang terintegrasi.

Infrastruktur dan Aksesibilitas: Tantangan di Atas Perbukitan

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Desa Larangan ialah kondisi infrastruktur, terutama jalan dan akses air bersih. Topografi yang berbukit-bukit membuat pembangunan dan pemeliharaan jalan menjadi sangat mahal dan sulit. Meskipun jalan utama yang menghubungkan desa ke pusat Kecamatan Tambakromo sudah mulai diperbaiki, banyak jalan usaha tani dan jalan antardusun yang masih berupa jalan berbatu atau tanah. Kondisi ini menjadi kendala saat mengangkut hasil panen, yang berimbas pada biaya transportasi yang lebih tinggi.Masalah ketersediaan air bersih menjadi isu krusial lainnya, khususnya saat musim kemarau panjang tiba. Sifat tanah karst yang mudah meloloskan air membuat banyak sumur warga mengering. Untuk memenuhi kebutuhan air minum dan rumah tangga, warga seringkali harus mencari ke sumber mata air yang jaraknya jauh atau mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah dan lembaga sosial. Pemerintah desa dan daerah terus berupaya mencari solusi, seperti melalui pembangunan embung (waduk kecil) untuk menampung air hujan dan program pipanisasi dari sumber air yang lebih terjamin.Fasilitas publik lainnya seperti pendidikan dan kesehatan juga tersedia, meskipun terbatas. Terdapat beberapa Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di desa, namun untuk melanjutkan ke jenjang SMP atau SMA, para siswa harus menempuh perjalanan ke pusat kecamatan, yang menjadi tantangan tersendiri. Di bidang kesehatan, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan layanan Posyandu menjadi garda terdepan dalam melayani kebutuhan medis dasar masyarakat.

Kehidupan Sosial dan Kekayaan Budaya

Di tengah tantangan alam yang berat, masyarakat Desa Larangan memiliki modal sosial yang luar biasa. Semangat gotong royong menjadi perekat komunitas yang paling kuat. Berbagai pekerjaan publik seperti perbaikan jalan, membersihkan lingkungan, atau membangun fasilitas umum seringkali dikerjakan secara swadaya oleh masyarakat.Kearifan lokal dan tradisi budaya juga masih dipegang teguh. Salah satu tradisi yang masih rutin dilaksanakan ialah Sedekah Bumi. Upacara ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah dan sebagai doa permohonan untuk keselamatan dan kesuburan di musim tanam berikutnya. Acara ini biasanya diisi dengan doa bersama, kenduri, dan pagelaran seni tradisional, yang memperkuat ikatan sosial antarwarga.Organisasi kemasyarakatan seperti kelompok tani, karang taruna, dan PKK juga berjalan aktif, menjadi wadah bagi warga untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa dan menyalurkan aspirasi mereka.

Tantangan Terkini dan Prospek Masa Depan

Ke depan, Desa Larangan dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks. Perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi sistem pertanian tadah hujan, dengan potensi musim kemarau yang lebih panjang dan pola hujan yang tidak menentu. Selain itu, regenerasi petani menjadi kekhawatiran, karena banyak generasi muda yang lebih memilih untuk mencari pekerjaan di perkotaan daripada melanjutkan usaha tani di desa.Namun di balik tantangan tersebut, tersimpan pula prospek yang menjanjikan. Potensi pengembangan pascapanen jagung sangat terbuka, misalnya dengan membuat produk turunan seperti tepung jagung, pakan ternak berkualitas tinggi, atau aneka olahan makanan. Hal ini dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan petani.Di sektor peternakan, peningkatan skala usaha melalui kelompok ternak dan adopsi teknologi pakan yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas. Selain itu, potensi agroforestri dengan menanam tanaman produktif di antara pohon-pohon keras dapat menjadi sumber pendapatan alternatif sekaligus upaya konservasi lahan dan air.Sebagai kesimpulan, Desa Larangan adalah etalase kehidupan di Pegunungan Kendeng. Sebuah potret tentang perjuangan, adaptasi, dan semangat komunal yang tinggi. Masa depan desa ini akan sangat bergantung pada kemampuan warganya untuk berinovasi dalam menghadapi tantangan ekologis, serta dukungan kebijakan yang berpihak pada penguatan infrastruktur dasar dan pemberdayaan ekonomi masyarakat perbukitan.